MILLENNIUM DEVELOPMENT
GOALS
Memperluas kesempatan untuk belajar merupakan sebuah poin yang sangat
penting dalam Millennium Development Goals, pendidikan merupakan faktor
penyetara kesempatan yang utama antara kaum miskin dengan yang kaya, dan antara
laki-laki dengan perempuan. Tetapi, janji kesetaraan yang dibawa oleh
pendidikan dapat diwujudkan hanya bila anak-anak dari berbagai latar belakang
berbeda memiliki kesempatan yang setara untuk memperoleh keuntungan dari
pendidikan yang berkualitas. Selain faktor penyetara, pendidikan juga merupakan
salah satu faktor penentu untuk tingkat pendapatan, kesehatan, dan kapasitas
seseorang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Karenanya,
ketidak merataan dalam pendidikan memberikan kontribusi pada ketidaksetaraan dalam
dimensi-dimensi kesejahteraan yang lain.
Pendidikan
juga merupakan salah satu investasi keberhasilan dalam suatu Negara, terutama dalam menentukan keberhasilan modernisasi ekonomi
(pertumbuhan ekonomi). Terbukti di negara maju, tingkat
pendidikan dan pengetahuan yang lebih tinggi dapat memberikan kesejahteraan dan pembangunan ekonomi yang lebih baik dibanding dengan negara berkembang dan miskin.Untuk mepertinggi tingkat pertumbuhan ekonomi salah satunya diperlukan
kualitas Sumber Daya Manusia yang tinggi. Kualitas Sumber daya manusia yang
tinggi dapat dilihat dari tingkat produktivitas tenaga kerja. Sumber Daya
Manusia yang berkualitas diperoleh dari pendidikan yang didapatkan selama
bersekolah. Oleh karena itu, masalah pendidikan sangatlah perlu untuk
ditingkatkan dan dikembangkan. Di negara
berkembang, pendidikan terus-menerus digalakkan demi tercapainya suatu negara
yang maju, salah satunya adalah negara Indonesia. Di Indonesia, pendidikan
merupakan hal terpenting. Karena dengan pendidikan, masyarakat akan lebih mudah
mengerti dan tahu dengan program-program yang dilaksanakan pemerintah dalam
rangka pembangunan ekonomi untuk lebih maju.
Tujuan MDGs tentang pemerataan pendidikan dasar
menargetkan semua anak pada tahun 2015, baik laki-laki maupun perempuan, akan
dapat menyelesaikan pendidikan dasar, tidak ada lagi yang putus sekolah. Untuk
mencapai tujuan tersebut pemerintah harus bekerja sama dengan seluruh
masyarakat Indonesia berusaha agar tahun 2015 tidak ada lagi anak-anak
Indonesia yang tidak mendapatkan pendidikan dasar. Namun, sayangnya masih
banyak masyarakat Indonesia yang tidak bisa mengenyam pendidikan karena
alasan-alasan tertentu pada beberapa tahun terakhir ini,
khususnya daerah pelosok desa.
Sebagai
indikaor dalam keberhasilan pemerataan pendidikan dasar dapat dilihat dari
tingkat partisipasi murni anak untuk sekolah, rata-rata lama sekolah, dan
tingkat/banyaknya penduduk yang buta huruf. Berdasarkan
data di BPS menunjukkan bahwa angka partisipasi murni anak usia 7 sampai 12
tahun (SD/Sederajat) pada tahun 2010 sebesar 94.72%., sedangkan anak usia 13-15
(SMP/Sederajat) sebesar 67.62%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi
anak untuk sekolah meningkat dibanding tahun 2009 yaitu sebesar 94.37
(SD/Sederajat) dan 67.40% (SMP/Sederajat). Rata-rata lama sekolah penduduk usia
15 tahun keatas sebesar 7.92% tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan rata-rata di Indonesia juga semakin meningkat dari tahun sebelumnya
(7.72%). Sedangkan angka Buta Huruf penduduk usia 15 tahun keatas menurun yaitu
dari 7.42% menjadi 7.09%. Berarti penduduk di Indonesia yang buta huruf semakin
sedikit.
Berdasarkan data diatas
menunjukkan bahwa pencapaian Indonesia dalam pemerataan pendidikan dasar
semakin meningkat. Hal ini memungkinkan bahwa pada tahun 2015 tujuan MDGs akan
terwujud, karena dari tahun ke tahun pendidikan dasar anak semakin rata,
meskipun masih ada sebagian kecil yang masih atau belum bisa menikmati pendidikan
dasar. Namun, jika dilihat dari target yang di programkan Indonesia yaitu wajib
belajar 9 tahun, masih cukup jauh untuk mencapainya. Hal ini disebabkan oleh
partisipasi anak untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya yang kurang, kondisi
ekonomi keluarganya yang tidak mampu, dan fasilitas yang kurang atau jauhnya
tempat sekolah serta budaya yang masih mengikat seperti menikah usia dini (usia
dibawah 15 tahun) yang terjadi di pelosok desa, terutama pada bagi kaum
perempuan.
Di Indonesia
telah melaksanakan program wajib belajar 9 tahun, dimana program tersebut sudah ada di UUD 1945 pasal 31 ayat 2 yang
berbunyi " Setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya", sedangkan
menurut MDGs pemerataan pendidikan dasar diterapkan selama 6 tahun. Hal ini
menujukkan bahwa Indonesia menargetkan lebih tinggi daripada MDGs pada
pemerataan pendidikan dasar anak. Hal ini berarti di Indonesia anak-anak usia 7
sampai 15 diwajibkan untuk mendapatkan pendidikan dasar. Program ini dilakukan pemerintah
demi terwujudnya Millennium Development Goals tepat pada waktunya.
Selain
program tersebut, pemerintah telah mengeluarkan dana BOS untuk pendidikan SD
dan SMP agar semua anak-anak pada usia 7 sampai 15 tahun bisa sekolah dengan
gratis. Dalam hal ini pemerintah perlu mengembangkan dan mengadakan
program-program yang lain demi terwujudnya tujuan pembangunan, seperti
pembangunan fasilitas sekolah di pelosok desa, membiayai penuh biaya sekolah
bagi anak yang benar-benar tidak mampu. Karena kebijakan BOS, hanya sebatas
pada peminjaman buku-buku, biaya SPP, dan biaya ujian lainnya. Namun untuk baju
seragam belum ada, khususnya anak yang tidak mampu. Dan juga perlu adanya
sosialisasi terhadap orang tua mereka bahwa betapa pentingnya suatu pendidikan
dalam pembangunan nasional.
REFRENSI
Devanda, Berry. 2010. ”Pendidikan Dasar Sembilan
Tahun dan Target MDGs”, (Online), http://www.pkvhi.org/index.php?option=comcontent&view=art
icle&id=186:pendidikan-dasar-sembilan-tahun-dan-target-mdgs-&catid=4
3:kliping-artikel&Itemid=55.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=28¬ab=1
J.
Rachbini, Didik. 2001. Pembanunan Ekonomi & Sumber Daya manusia. Jakarta:
PT Grasindo
Suryana.
2000. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan. Jakarta: Salemba
Empat
The World Bank. 2006. Word Development Report
2006: Kesetaraan dan Pembangunan. Jakarta: Salemba Empat
(***https://hindunaisyahblog.files.wordpress.com/)
No comments:
Post a Comment