Monday, April 13, 2015

FINLANDIA : KIBLAT PENDIDIKAN DUNIA


Sistem pendidikan terbaik di era sekarang bukanlah Amerika Serikat, Jepang atau Jerman. Sistem pendidikan terbaik mengarah ke negara Finlandia. Mengapa demikian? Karena Finlandia mempunyai daya tarik tersendiri mengenai sistem pendidikan. Daya tariknya terlihat dari kemandirian siswa dan gurunya. Kemandirian dalam mengikuti proses belajar mengajar.  Guru-gurunya sangat menikmati proses belajar mengajar tersebut sehingga begitu dihormati. Bukan hanya sebatas itu, tetapi juga ditularkan kepada para pelajarnya. Pelajarnya diberikan otonomi khusus dalam menentukan jadwal ujiannya dan mata pelajaran yang sudah dia kuasai. Sistem tersebut yang dipertahankan oleh Negara Finlandia hingga akhirnya berhasil mengantarkan negara itu berada pada posisi tertinggi saat ini sebagai negara yang paling berhasil dalam mengelola pendidikan nasionalnya.

Finlandia mengalahkan 40 negara lain di dunia berdasar survei PISA yang dilakukan oleh OECD tahun 2003. Tes komprehensif dilakukan melalui pengukuran kemampuan mathematics, reading, science, dan problem solving yang nantinya ditujukan untuk peningkatan kualitas sistem pendidikan.

Luar biasanya, pada tahap evaluasi belajar, angka ketidak lulusan secara nasional di Finlandia tidak pernah melebihi 2 persen pertahunnya dan Finlandia tidak mengenal istilah ujian semester dan ujian nasional seperti yang ada ditanah air.

Pemerintah Finlandia tidak pernah intervensi sedikit pun tentang Evaluasi Belajar secara Nasional. Kenapa ? Karena setiap sekolah bahkan guru berkewenangan penuh untuk menyusun kurikulumnya sendiri.

Guru-guru di Finlandia tidak kenal dengan istilah “mengejar target-target tertentu” karena guru-guru di Finlandia selalu menyesuaikan bahan ajarannya dengan kebutuhan setiap muridnya.

Di Finlandia siapa pun Presidennya dan Menteri Pendidikannya tidak akan berpengaruh signifikan terhadap masa depan pendidikan. Karena fungsi pemerintah dalam memajukan sektor pendidikan adalah dukungan finansial dan legalitas. Karena gurulah yang berwewenang atas masa depan pendidikan itu, karena guru dipandang sebagai sosok yang paling mengerti mau kearah mana wajah pendidikan Finlandia dibawa dimasa depan.

Keseriusan negara Finlandia menyokong keberhasilan pendidikan nasionalnya dibuktikan dengan diterapkannya kebijakan gratis sekolah 12 tahun.

Guru-guru Finlandia adalah lulusan terbaik setiap perguruan tinggi yang masuk dalam kelompok 10 besar lulusan terbaik. Jika bukan lulusan terbaik maka mereka tidak akan diterima menjadi guru di negaranya. Itulah sebabnya guru-guru di Finlandia mempunyai berdedikasi yang sangat tinggi. Pertanyaannya kalau guru-guru di Finlandian adalah lulusan terbaik honornya besar dong? Jawabannya Tidak. Justru sebaliknya guru-guru Finlandia digaji secukupnya dan bahkan bisa bilang kurang memadai. Kenapa bisa demikian guru di Finlandia sangat menikmati profesinya? karena profesi sebagai guru di Finlandia begitu sangat dihormati dan hargai oleh mayoritas masyarakat Finlandia.

Guru-guru yang ada adalah guru dengan kualitas terbaik. Meski gaji guru di Finlandia tidaklah fantastis. Namun lulusan sekolah menengah terbaik justru mendaftar untuk dapat masuk di fakultas-fakultas pendidikan, dan hanya 1 dari 7 orang yang bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke Fakultas Hukum dan Kedokteran.

Apabila negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Karena terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata-mata lolos dari ujian, ungkapan seorang guru di Finlandia.

Para guru di FInlandia sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.
Ditanah air Indonesia, sebenarnya sistem pendidikan Finlandia telah terterapkan sejak tahun 1961 melalui wadah gerakan pramuka. Apa yang berlaku di Finlandia jelas-jelas merupakan sistem pendidikan yang berlalu di gerakan pramuka. Dimana setiap kecakapan dan keterampilan dibidang tertentu yang dimiliki oleh setiap anggota pramuka, bila sudah merasa mampu bisa mengusulkan diri untuk di uji.

Disamping itu, setiap 32 orang anggota pramuka dibina oleh 3 orang pembina secara terus menerus. Akan tetapi sistem pendidikan kepanduan ditanah air ini tidak mendapat respon yang positif ditanah air. Buktinya kendati berhasil melahirkan kader-kader bangsa yang mandiri, negara ternyata tidak berani mengalokasikan dana BOS yang ada pada setiap sekolah untuk sepersekian persen wajib dipergunakan untuk mengelola gerakan pramuka di gugus depan.

Pendidikan nasional kita yang masih sarat dengan kepentingan politik kepala daerah menjadikan potret pendidikan begitu semraut. Pelaksanaan UN yang jelas lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya selalu dipertahankan untuk alasan yang tidak jelas. Bahkan ironisnya lagi, UN telah mengajarkan bangsa ini bagaimana berlaku curang dan menipu. Gilanya lagi peserta UN dikawal dan diamati setiap detik melalui layar CCTV.

Seperti teroriskan. Cara-cara gila ini begitu dibangga-banggakan oleh pemerintah bahkan institusi pendidikan sendiri. Padahal metode ini punya dampak physikologi bagi para pelajar dimana UN benar-benar menjadi beban berat. Jadi jangan heran bila di Nias pada hari pertama UN ada siswa yang meninggal dunia begitu menerima lembar soal ujian.

Finlandia tidak pernah membebani muridnya untuk hal-hal yang kurang bermutu atau mengurangi ke-kreativitasan seorang anak setelah meninggalkan rumah sekolah. Maka, tugas tugas (PR), les tambahan dan bimbingan ini dan itu nyaris tidak pernah ada di Finlandia. Bagaimana dengan tanah air? Tekanan yang begitu berat sangat terasa apalagi menjelang ujian nasional. Setiap murid selalu diberi les tambahan yang berlebihan, pelajar di wajibkan mengikuti Tryout hampir tiap bulan dengan alasan untuk mengukur kemampuan siswa.

Dirumah disuguhi lagi dengan tugas-tugas berat bahkan ada lagi menu les tambahan yang ditawarkan padahal nuansa bisnisnya lebih terasa daripada urgensinya bagi peserta didik. Repot bukan? 

Alhasil, pelajar tanah air lahir dan besar tanpa pernah mempergunakan otaknya untuk berkreativitas. Generasi muda pun besar penuh dengan tekanan. Jadi jangan heran, walaupun lulus UN 100 persen ternyata persentasi lulus SMPTN berbanding terbalik dengan kelulusan UN. 


Inilah setidaknya potret pendidikan kita dewasa ini. Indonesia jatuh kepada tingkat kekhawatiran yang terlalu berlebihan. Alih-alih untuk mencerdaskan bangsa tetapi cara-cara yang dilakukan justru mengantarkan bangsa ini ke lembah kehancuran.

Oleh karena itu kita perlu berbenah. Mengembalikan sistem pendidikan ke zaman dahulu kala (seperti cerita orang tua kita) di mana setiap anak dan orang tua begitu menghormati guru perlu kita lakukan. Guru harus diberi otoritas penuh untuk mengatur kurikulumnya sendiri. Setiap anak juga tidak dibebani dengan tugas ini dan itu. Bahkan birokrasi pendidikan kita yang berbelit-belit perlahan-lahan harus dikurangi.

Wajib belajar 12 tahun mutlak harus dilakukan tentunya dengan biaya gratis. Tidak hanya itu wajar 12 tahun itu harus dengan satu izajah saja yaitu izajah SMA. Sedangkan untuk SD dan SMP tidak lagi mengeluarkan izajah mengingat tuntutan dunia kerja saat ini pun izajah dua jenjang pendidikan ini tidak begitu diperlukan. Oleh karena itu, perpindahan dari tingkat SD ke SMP cukuplah dengan nilai rapor begitu juga dari SMP ke SMA. Maka evaluasi belajar secara nasional hanya dilakukan dijenjang SMA ketika yang bersangkutan akan melanjut keperguruan tinggi atau merambah dunia kerja. Menggratiskan pendidikan dinegara ini bukanlah hal yang mustahil. Bukankah 40 persen APBN kita mark-up dan 30 persennya dikorupsi.

Jadi andai pengelolaan keuangan negara kita ditata dengan baik maka tidak mustahil dimasa-masa yang akan datang biaya pendidikan kita yang saat ini ditampung 20 persen dalam APBN kedepannya akan meningkat menjadi 50 persen.

Bila sudah demikian, bukankah pendidikan kita sudah bisa digratiskan.
Beberapa hal yang mungkin bisa ditiru, dari sistem pendidikan yang ada di Finladia, diantaranya :
  1. Anak Finlandia tidak memulai sekolah sampai usia mereka 7 Thn. ( Bandingkan dengan para orangtua di Indonesia justru bangga anaknya sekolah pada usia dibawah usia 7 tahun. bahkan dengan beben pembelajaran yang berat).
  2. Tidak di bebani Ujian dan PR, sampai menjelang usia mereka remaja.
  3. Anak-anak tidak diukur sama sekali selama enam tahun pertama pendidikan mereka. (Pada sistem pendidikan kita , Murid SD sampai stress karena sering ditakuti Pihak sekolah, dengan seabreg Ujian, Padahal terkadang anak sering tidak diaja).
  4. Hanya ada satu tes standar wajib di Finlandia, yang diambil ketika anak-anak berusia 16 Tahun. (Bandingkan dengan sistem ujian ujian di SMP dan  SMA, Ditambah UN, bukan saja membuat Lembaga pendidikan tidak jujur, Anak hanya dihargai Otaknya saja, Minus bakat dan Minat).
  5. Tidak ada Kelas Unggulan,semua kemampuan berada pada kelas yang sama. Dan terbukti akhirnya RSBI /RSI di indonesia oleh MK dicabut keberadaanya, karena akan tercipta kasta kasta baru dalam dunia pendidikan.Finlandia menghabiskan sekitar 30 persen lebih untuk biaya pendidikan  per siswa mengungguli  Amerika Serikat.
  6. 30 persen anak-anak menerima bantuan tambahan selama sembilan tahun pertama mereka sekolah. 
  7. Kelas sains maksimal 16 siswa sehingga mereka dapat melakukan eksperimen praktis dalam setiap kelas.
  8. Siswa SD mendapatkan 75 menit dari istirahat sehari di Finlandia dibandingkan rata-rata 27 menit di Amerika Serikat.
  9. Guru hanya menghabiskan 4 jam sehari di dalam kelas, dan mengambil 2 jam seminggu untuk “pengembangan profesional.” 
  10. Finlandia memiliki jumlah  guru sebanyak di  New York City, namun siswa jauh lebih sedikit. Dengan perbandingan 600.000 siswa di finlandia dengan 1,1 juta di NYC.
Sumber :
  • dari berbagai sumber
  • See more at: http://esqsmartplus.com/mengapa-finlandia-memiliki-sistem-pendidikan-terbaik-di-dunia/#sthash.VMUHI8qS.dpuf

No comments:

Post a Comment

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *